Tambah 1 Siswa Baru, SDN Gunungsari 3 Hanya Miliki 9 Siswa

Proses KBM SDN Gunungsari III yang disi satu siswa baru. (Foto/Istimewa).

PACITAN,wartakita.co- Keberadaan sebagian sekolah di Pacitan terancam. SDN Gunungsari III, dusun Tleken, Gunungsari, Arjosari, misalnya di momen penerimaan siswa didik baru (PPDB) tahun ini, sepi peminat. Dari 20 bangku kelas, hanya satu siswa yang masuk di kelas I itu.

Plh Kepala SDN Gunungsari III Ahmad mengatakan, di tahun ajaran baru ini sekolahnya hanya mendapat satu pendaftar. Bukan hal baru, kondisi tersebut bahkan menjadi tradisi sejak 2013 silam.

Tahun ajaran sebelumnya contohnya, tak satupun siswa yang masuk lembaga pendidikan yang dibangun tahun 1986 tersebut. Hingga dari enam kelas, hanya miliki 9 siswa. Bahkan pembelajarannya di merger menjadi dua ruang.

“Sejak tahun 2013 itu jumlah siswa kita tidak sampai dua puluh orang, tapi yang paling parah tahun ini,’’ ungkap Ahmad.

Ahmad menjelaskan, selain keberadaan sekolah yang berada diatas bukit. Jumlah penduduk, jadi salah satu sebab minimnya peserta didik di SDN Gunungsari III itu.

Berjarak lima kilometer dari kantor desa, sekolah tersebut hanya cakupi satu dusun saja. Pun jumlahnya tak lebih dari 32 kepala keluarga. Meski cukup banyak, namun mayoritas generasi muda lingkungan tersebut memilih merantau keluar desa dan menetap di perantauan.

“Mayoritas menikah diluar desa dan tidak pulang, jadi semakin sedikit anak usia sekolahnya, bahkan tahun depan kami prediksi nol pendaftar,’’ paparnya.

Disingung potensi regrouping dengan sekolah lain, Ahmad mengamini rencana tersebut sempat diusulkan Dinas Pendidikan 2018 lalu. Saat itu sekolah bakal dilebur dengan SDN Gunungsari II yang berada dibawah bukit.

Sayangnya, rencana tersebut ditolak kepala desa setempat, pun memilih mempertahankan sekolah. “Saat itu alasannya karena disana masih ada warga yang butuhkan akses pendidikan dekat, jadi regroupingnya batal,” bebernya.

Meski hanya memiliki 9 siswa, namun Ahmad memastikan para pengajar tetap semangat mengajar di tempat tersebut. Meskipun akses yang sulit kerap memaksa guru berjalan kaki hingga ketempat sekolah.

“Semangat guru tentu masih penuh, karena ini amanah undang-undang, dan setiap anak itu berhak mendapat pendidikan,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *