PACITAN,wartakita.co- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Pacitan meluluskan 126 mahasiswa dari 7 Program Studi. Proses wisuda program sarjana angkatan ke-23 itu digelar secara tatap muka pada Rabu (14/9) kemarin. Salah satu lulusan terbaiknya adalah Shofiatun Muhajir, Mahasiswi asal Dusun Godek Wetan, Desa Jetak, Tulakan, Pacitan.
Shofia, panggilan akrabnya merupakan wisudawan dengan peraih IPK tertinggi 3,91 untuk Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Prestasi ini diakui dara 24 tahun itu diraih dengan tidak mudah. Perlu perjuangan seiring banyak tantangan yang harus dihadapi.
Bahkan, ia sempat menunda keinginan menyandang gelar sarjana. Tepatnya setelah lulus sekolah setingkat SMA, putri pasangan suami istri almarhum Patok dan almarhumah Miskijah itu tak langsung kuliah. Faktor ekonomi mengharuskannya untuk bekerja.
“Lulus SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2016. Baru masuk kuliah di tahun 2018, tertunda 2 tahun untuk bekerja dulu,” katanya saat dihubungi wartakita.co melalui pesan singkat pada Kamis (15/9) siang.
Saat masuk bangku perkuliahan putri bungsu dari 11 bersaudara itu masih terus bekerja. Aktivitas ekonomi itu dilakoni sampai wabah Covid-19 melanda dan memaksanya berhenti kerja.
“Semester 1 sampai 4 saya masih bekerja. Dan karena covid kemarin tempat saya bekerja tutup sehingga saya berhenti bekerja. Lanjut di semester 5 saya fokus untuk kuliah,” jelasnya.
Selama 4 tahun kuliah, beragam cobaan hidup datang dan pergi. Keyakinan, kesabaran dan keuletannya mampu mengubah tiap ujian hidup jadi anugerah. Berhenti kerja justru jadi berkah. Shofia punya waktu lebih banyak untuk belajar.
“Saya selalu berpikir bahwa untuk sampai pada titik bisa kuliah itu tidak mudah karena banyak anak di luar sana yang ingin kuliah tapi belum ada kesempatan, itu membuat saya semangat untuk tidak menyerah,” tegasnya.
Predikat Cum Laude yang didapat mempertegas keyakinannya bahwa usaha tak akan pernah khianati hasil. Dia berpesan kepada adik generasinya untuk tetap semangat tidak mudah putus asa dan bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
“Kiatnya selalu tekun belajar, aktif dalam kelas, dan intinya jangan malas untuk kuliah. Bisa memanajemen waktu dengan menentukan prioritas yang utama yaitu belajar,” tambahnya.
Status sarjana terbaik STKIP PGRI Pacitan tahun ini sudah tercapai. Tetapi keberhasilan ini tak lantas membuatnya berbangga diri. Baginya predikat yang didapat hanya menambah motivasi meraih impian dan kesuksesan di masa depan.
“Inginnya memaksimalkan potensi yang sesuai keilmuan, kemampuan saya. Tetapi rejeki orang kita tidak pernah tahu. Semoga apapun pekerjaan saya nanti dapat bermanfaat bagi sesama,” tukasnya.