PACITAN,wartakita.co- Tradisi rontek gugah saur di Pacitan kembali jadi perhatian. Ini menyusul bentrokan sesama kelompok rontek beberapa waktu lalu. Tawuran itu membuat citra baik tradisi warisan leluhur jadi tercoreng.
AKBP Wildan Albert, Kapolres Pacitan menyatakan rontek sebagai budaya khas Pacitan pada bulan Ramadhan harus dijauhkan dari aksi tawuran. Dia pun memastikan bakal menambah personil pengamanan untuk mencegah bentrokan.
“Rontek ini jadi kearifan lokal yang tidak ada larangannya. Oleh karena itu penting untuk sama-sama mengingatkan masyarakat untuk ikut menjaga seni budaya rontek ini dan nanti personil akan kita tambah,” kata Kapolres.
Senada dengan Kapolres, Letkol Kav Roliyanto, Komandan Kodim 0801 Pacitan menilai seni budaya rontek yang baik harus dipertahankan. Dia pun mendorong tradisi di bulan suci ini terus didukung agar jadi pertunjukkan yang lebih menghibur.
“Rontek gugah saur di bulan Ramadhan ini sudah jadi identitas seni Pacitan jadi harus dipertahankan. Bahkan, perlu dipersiapkan konsep pertunjukkan seni rontek yang lebih menarik, lebih menghibur dan bisa dinikmati semua kalangan termasuk anak-anak,” ujar Roliyanto.
Roliyanto meyakini tradisi khas masyarakat Pacitan ini punya potensi besar untuk bisa dikembangkan menjadi sumber perekonomian. Hanya saja butuh kesadaran dan komitmen semua pihak.
“Misalnya pakai seragam yang sama, pertunjukkannya tertata baik tentu akan jadi daya tarik bagi masyarakat luar untuk datang ke Pacitan,” tegasnya.
Sementara, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengajak seluruh masyarakat khususnya pelaku seni untuk menjaga nama baik seni budaya rontek yang sudah dikenal masyarakat luas. Terlebih, pada tahun ini seni rontek Pacitan masuk kalender nasional Kharisma Even Nusantara.
“Maka dari itu kami berharap kepada seluruh masyarakat agar rontek gugah saur ini dilaksanakan dengan aman, tertib dan ramah untuk semua,” kata Bupati Aji.
