Sederhana Penuh Makna, Ronthek Besut Kaloka Kebonagung Sajikan Kesenian Asli Bambu

Penampilan grup ronthek Besut Kaloka Kebonagung, Senin (7/7) malam. (Foto/wartakita.co).

PACITAN,wartakita.co – Di Kecamatan Kebonagung bambu bukan sekadar tanaman. Ia simbolisasi bekal hidup berupa pengalaman bagi anak manusia. Lakon yang sarat asa, kenangan, sekaligus cita-cita. Pring (Jawa: bambu) adalah milestone (tonggak) pengingat bertumbuhnya spiritualitas dan nilai luhur kehidupan.

Kepada bambu kita berguru. Ketangguhannya mengajarkan kita menjadi insan kuat dan mumpuni. Jalan memang tak pernah datar, tapi bukan alasan menolak tegar. Di antara ketangguhan menyangga beban, bambu tetap lentur bahkan mampu menjadi pengikat yang tercerai berai.

Begitulah makna filosofis bambu yang tergambar dalam balutan musik tradisional dalam Festival Ronthek Pacitan 2025. Kecamatan Kebonagung menghadirkannya sebagai suguhan yang menghipnotis ribuan penonton. Kesan sederhana namun sarat makna membuat sanubari terkesima di antara kagum dan bangga.

Baca juga : ‘Gerhana Bulan’ Ronthek Pring Sedhapur Tulakan, Ingatkan Keserakahan Bisa Merusak Kehidupan

Selama tak kurang dari 20 menit mata batin penonton dibawa mengarungi kedalaman rasa yang menjelma dari tabuhan musik bambu. Corak serba ‘pring’ membangkitkan imaji tentang kehidupan pedesaan yang damai. Tak satu pun relung yang kosong dari peran bambu. Sejak manusia lahir hingga mati.

“Bagi masyarakat Kebonagung, khususnya di Desa Klesem bambu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Dan itu berlangsung turun temurun,” kata Camat Kebonagung Udin Wahyudi tentang tema ‘Pring’ pada tampilan ronthek yang diusungnya.

Baca juga : Ronthek Garu Bumi Donorojo Jadi Penyaji Harapan FRP 2025

Musik ronthek mencerminkan sisi fungsionalitas bambu. Bilah-bilah yang ditata dengan ukuran sedemikian rupa menghadirkan ragam nada. Tabuhan serasi menghasilkan harmoni bunyi sarat esetetika. Di bawah pendar warna-warni cahaya, kehadiran bambu tidak lagi dipandang sebelah mata.

Di sini bambu bukanlah material semata. Ia adalah media transendental antara manusia, alam semesta, dengan sang Pencipta. Pring merupakan jembatan perantara menuju jagad kontemplasi akan keberadaan manusia di tengah mahaluasnya kuasa Ilahi Rabbi.

Saban daerah memiliki jenis bambunya sendiri. Sungguhpun begitu, beda karakter tak membuatnya menanggalkan sebutan bambu. Meski tampak beda, ia tetaplah ‘Pring’. Inilah ajaran tentang keberagaman yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia. Tak seorang pun berhak melabraknya.

Baca juga : Selamat, Ronthek Rancak Bumbung Pringkuku Jadi yang Terbaik FRP 2025

20 menit terasa begitu singkat untuk menikmati tampilan grup ronthek ‘Besut Kaloka’. Tabuhan rancak berbalut properti serba bambu menguatkan kesan bersahaja. Rona hijau berpadu kuning keemasan mengubah latar merah karpet menjadi kian hingar bingar kaya warna.

Beberapa penonton tertegun. Namun ia sontak bangkit dari diam. Kedua tangannya bertepuk begitu kuat. Bunyi sorak sorai selalu menggema bersamaan ketukan terakhir tiap segmen tampilan. Ratusan gawai merekam dan mengabadikan kreativitas yang mengagumkan.

“Dari Kebonagung kami berusaha eksis dengan apa yang kami punya. Tentu saja masyarakat kami senang dapat menjadi bagian dari event spektakuler yang digawangi langsung oleh Bapak Bupati,” imbuh Camat Udin yang terlibat langsung selama latihan.

Festival Ronthek Pacitan 2025 selesai dalam 3 hari. Namun tidak demikian dengan kesan yang tertinggal di hati warganya. Pacitan akan tetap kaloka (masyhur) layaknya nama kelompok seniman ronthek asal Desa Klesem. Harapan damai sejahtera terus membahana untuk secuil surga berjuluk ’70-Mile Sea Paradise’ ini. (red/adv).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *