PACITAN,wartakita.co- Cuaca ekstrem kembali melanda wilayah Kabupaten Pacitan di tengah musim kemarau. Meski seharusnya berada dalam periode kering, sejumlah kecamatan di Pacitan justru dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
Fenomena ini terjadi akibat anomali suhu muka laut (SML) dan dinamika atmosfer yang meningkatkan penambahan massa uap air di atmosfer Jawa Timur, sehingga memicu terbentuknya awan hujan secara masif.
Berdasarkan data pemantauan cuaca selama periode 28 Juli hingga 3 Agustus 2025, empat kecamatan di Pacitan mengalami sifat hujan di atas normal, yaitu Kecamatan Arjosari, Nawangan, Bandar, dan Tegalombo. Sementara itu, delapan kecamatan lainnya, yakni Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro, tercatat mengalami sifat hujan normal.
Dalam kategori curah hujan, tercatat bahwa tiga kecamatan mengalami hujan menengah dengan intensitas 201 hingga 300 milimeter, yaitu Donorojo, Punung, dan Pringkuku.
Empat kecamatan mengalami hujan tinggi dengan curah antara 301 hingga 400 milimeter, yakni Arjosari, Nawangan, Bandar, dan Tegalombo. Bahkan, lima kecamatan lainnya mencatat curah hujan lebih tinggi lagi di kisaran 401 hingga 500 milimeter, yaitu Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, terutama di wilayah yang tergolong rawan bencana. Camat Nawangan, Sukarwan, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah meningkatkan kesiapsiagaan mengingat wilayahnya masuk dalam zona merah rawan tanah longsor berdasarkan pemetaan BPBD Pacitan. Ia menyebutkan bahwa kecamatan dan desa setempat sudah melakukan identifikasi daerah rawan dan mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat.
“Tim kecamatan dan desa telah melakukan pemetaan wilayah rawan bencana. Kami juga melakukan sosialisasi bersama pemerintah desa agar masyarakat lebih berhati-hati di tengah anomali cuaca seperti ini,” kata Sukarwan Selasa (29/7/2025).
Baca juga : Kesadaran Pedagang Meningkat, Bandar Zero Peredaran Rokok Ilegal
Lebih lanjut, pihaknya mendorong masyarakat untuk melakukan penghijauan di lahan-lahan yang berisiko longsor, dengan menanam tanaman penguat tanah seperti pohon aren, trembesi, dan rumput akar wangi.
“Selain itu, bagaimana pentingnya menjaga saluran air di sekitar rumah, terutama bagi warga yang tinggal di kawasan dengan kemiringan tajam, agar sistem drainase tetap lancar dan tidak memicu bencana saat hujan deras, ” pungkasnya. (red/adv).