PACITAN,wartakita.co- Sambut 1 Muharam atau 1 Sura (Penanggalam Jawa), masyarakat di Desa Jetak, Tulakan, Pacitan gelar prosesi larung sesaji pada Jumat (27/6). Ritual ini diyakini sebagai ungkapan syukur dan sarana penolak balak.
Prosesi ritual adat dimulai ketika iring-iringan ratusan masyarakat yang dipimpin tokoh adat berjalan menuju bibir Pantai Pidakan dengan membawa perangkat sesaji lengkap berupa hasil bumi.
Sebelum aneka macam hasil bumi dilarung ke tengah laut, seorang tetua desa berbusana serba hitam memanjatkan doa terlebih dahulu.
“’Kami memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat desa,’’ kata Marjuni, Kepala Desa Jetak.
Marjuni menegaskan, larung sesaji merupakan tradisi masyarakat pesisir sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki, keselamatan, dan kesejahteraan.
‘’Ini juga meneruskan peninggalan atau adat leluhur warga Desa Jetak,’’ jelasnya.
Camat Tulakan, Djoko Harijanto mengatakan upacara adat ini bagian dari upaya pelestarian budaya masyarakat pesisir di Desa Jetak. Menurutnya, selain melestarikan warisan leluhur, tradisi ini bisa jadi nilai tambah dalam upaya pengembangan pariwisata.
“Ini bentuk harmoni manusia dengan alam dan Maha Pencipta, intinya supaya masyarakat desa diberikan keselamatan serta kehidupan yang lebih sejahtera ke depannya,” tandas Djoko.
Larung sesaji telah menjadi tradisi masyarakat pesisir di Kabupaten Pacitan. Ritual ini semakin memperkaya khasanah budaya di Pacitan. (red/adv).